Tampilkan postingan dengan label Filsafat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filsafat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Januari 2011

DASAR AKSIOLOGI ILMU

Bab I


Pendahuluan


Peryataan di sekitar batas wewenang penjelajahan sains, kaitan ilmu dengan moral, nilai yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab sosial ilmuan telah menempatkan “aksiologi” ilmu pada posisi yang sangat penting. Karena itu, salah stu aspek pembahasan integrasi keilmuan ialah aksiologi ilmu.

Dalam pembahasan terdahulu sama-sama kita telah membahas tentang hakekat apa/objek yang dikaji (ontologis), dan bagaimana cara mendapatkan (epistimologis) ilmu, baik ilmu-ilmu agama islam maupun ilmu-ilmu umum yang dikaitkan dengan integrasikedua ilmu tersebut. Kini sampailah pada tahap pembahasan aksiologi (nilai kegunaan dari ilmu-ilmu tersebut).

Kamis, 24 Juni 2010

Agama Dan Kosmologi

Kosmologi yang benar adalah fondasi yang harus dibangun oleh setiap insan beragama. Dengan metode epistemologis apakah kosmologi ini bisa dibangun? Mungkinkah pengetahuan empiris dapat memecahkan masalah-masalah prinsipal kosmologis? Dimanakah posisi tasawuf dalam perfeksi dan perjalanan spiritual manusia? 

Artikel ini akan menjawabnya dengan penjelasan yang lugas dan sesederhana mungkin.

Agama Epistemologi

       Mengapa dewasa ini agama terlihat berjarak jauh dengan prilaku masyarakat penganutnya? Di negara-negara yang dihuni oleh komunitas yang ‘taat’ beragama, korupsi merajalela bahkan membudaya, ketidakdisiplinan menjadi ‘gaya hidup’ dan kriminalitas menjadi ‘menu utama’ bahkan yang sangat sadis.
Setidaknya, ada dua cara memandang agama. Agama dapat dipandang secara fenomenologis, berupa sejarah kemunculan, tata cara dan prilaku para penganutnya. Agama juga dapat dipandang secara epistemologis, berupa tujuan-tujuan prinsip-prinsip yang melandasinya.

      Jika kita mempelajari agama secara fenomeologis, maka kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin data yang bertalian dengannya sebagai sebuah gejala atau fenomena sosial dan sejarah, seperti aliran-aliran dan para penganutnya.

Rabu, 23 Juni 2010

Teologi Baru Dan Keadilan

      Keadilan mengandung keseluruhan kebajikan dan menandakan konformitas utuh dengan patron perilaku moral yang diakui. Untuk tujuan analisis rasional para filosof klasik, mengikuti Aristoteles, memilih untuk menekankan referensi istilah kepada kebajikan khusus, membedakan misalnya antara keadilan dan persamaan atau antara keadilan dan kebaikan.

     Dalam Republic, keadilan mengatur serta menyeimbangkan kebajikan-kebajikan lain. Fungsi-fungsinya adalah untuk memperoleh keharmonisan dan untuk memelihara keseimbangan. Keadilan berasal dari setiap elemen dalam masyarakat dalam melakukan tugas yang tepat. Untuk berpaling dari dualisme Plato, yang akan berperan untuk mengangkat keadilan dan mencela hukum positif, Aristoteles menganggap keadilan sebagai imanen dalam hukum yang bekerja dan dengan demikian memberinya suatu fungsi yang nyata-nyata lebih efektif. Karena imanen, keadilan pada prinsipnya menimbulkan antitesis dan ketegangan yang sulit, adalah kepada kepercayaan abadi Aristoteles yang tidak seperti sebagian para pendahulunya, ia secara jujur meninggalkan masalah yang belum dapat dipecahkan itu. Kant dan muridnya telah menguraikan konsep keadilan hanya secara sepintas setelah memberikan suatu definisi positivistik dengan sederhana tentang "adil" dan "zalim" dalam Metaphysics of Morals. Hume concern dengan sebagian besar koherensi dan konsisensi moral dan dipuaskan dengan memperoleh keadilan dalam pelayanannya dengan menyerahkan bahwa "manfaat publik adalah satu-satunya asal keadilan."1

Rabu, 16 Juni 2010

Tuhan Berfilsafat ?

Apakah ayat-ayat Al-Qur’an dapat diperlakukan sebagai premis-premis dan teks-teks semata yang harus tunduk pada standar validitas dalam logika? Apakah Al-Qur’an menganjurkan kita untuk ‘percaya bahwa’? Apakah Al-Qur’an memuat argumentasi tentang keberadaan Tuhan, Sang kausa Prima ataukah tidak?