Minggu, 06 Desember 2015

Merajut Toleransi Di Tengah Perbedaan



Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan diciptakan Allah Swt dalam keragaman. Baik dalam ragam budaya, suku, bangsa, agama dan negara. Beragamnya kenyataan yang ada, beragam pula cara menyikapinya. Pendidikan merupakan faktor penting membentuk watak manusia dalam menyikapi kehidupan dalam keragaman itu.


Pendidikan pun beragam. Ada yang formal, ada non formal. Ada yang melalui guru, orang tua, teman, bahkan juga buku-buku bacaan. Apapun medianya, sebutlah itu semua adalah ‘guru’ untuk mempermudah pemahaman. ‘Guru’ yang kemudian kita teladani itu, akan mengantar kita kemana, dan bagaimana kita menyikapi hidup, bersosialisasi di tengah masyarakat dan menghadapi dunia nyata yang beragam itu. Dalam praktiknya, kita akan bertindak dan menjadi seperti apa, tergantung pada apa dan siapa yang kita teladani.

Indonesia Darurat Benci



Orang tak perlu menjadi ahli dalam ilmu kepolisian, terlatih di bidang intelijen atau bahkan perlu menjadi pengamat terlebih dulu untuk tahu betul dampak fatal dari mulut. Bukan bentuk atau ukuran mulut itu yang berbahaya, tapi apa yang keluar darinya. Mulutmu adalah harimaumu, kata pepatah kuno. Berbagai teks agama dan petuah moral juga menegaskan bahaya mulut bagi individu, masyarakat dan bahkan bangsa dan negara.

Maka wajar saja bila lantas Kapolri pada tanggal 8 Oktober silam mengeluarkan surat edaran yang secara khusus menyasar ujaran kebencian itu. Dan wajar pula bila tujuan surat edaran itu tak lain adalah meneguhkan tekad jajaran kepolisian sebagai unsur penegak hukum untuk bertindak berdasarkan berbagai aturan hukum yang telah berlaku terhadap para pengujar kebencian.

Kamis, 03 Desember 2015

Puisi Imam Syafi’i Untuk Sayyidina Imam Al-Husain As



Hatiku mengeluh, karena hati manusia sedang merana

Kantuk tak lagi datang, susah tidur membuatku pusing

Wahai siapa yang akan menyampaikan pesanku kepada al-Husain

Yang dibantai, meski tak berdosa